Oleh : Elly Agustina*
Dewasa ini anak-anak mengalami krisis keteladanan. Dalam perkembangannya, anak seringkali melakukan apa yang ia lihat, ia rasa, dan ia dengar. Hal tersebut juga ditunjang dengan maraknya tayangan televisi yang menjejali hampir setiap saat. Namun sayangnya, sangat sedikit tayangan yang mengangkat tokoh-tokoh teladan bagi anak-anak. Tokoh yang menjadi icon utama lebih didominasi tokoh-tokoh super hero dan artis sinetron. Tokoh yang ada ini merupakan tokoh fiktif yang coba ditampilkan dalam vigur heroik, pahlawan, dan mereka ditokohkan sebagai sosok yang tak terkalahkan, selalu menang dan membela kebenaran, atau berwajah menawan yang membuat anak kegandrungan.
Anak dibawa hanyut dalam dunia fiktif. Dunia tak nyata yang coba disulap masuk dalam dunia anak. Anak dijejali dengan aksi-aksi heroik yang sebetulnya mustahil dilakukan. Terlebih ketokohan yang dibangun tak sedikit membawa dampak negatif bagi anak.
Tokoh-tokoh kartun yang paling sering dijadikan contoh anak seperti Sinchan dengan kenakalannya, Boboi Boy dengan kesaktiannya, atau Doraemon dengan kantong ajaibnya. Namun, sangat jauh dari itu semua, mereka bahkan tak mengenal TOK
Metode yang cukup besar pengaruhnya dalam mendidik anak adalah dengan cara pemberian teladan. Jangan biarkan anak mencari teladan yang tak selayaknya. Sejak dini, kenalkan mereka dengan sosok Rosulullah SAW. Bahkan Allah SWT telah menunjukan bahwa contoh keteladanan dari kehidupan Nabi SAW adalah mengandung nilai paedagogis bagi manusia, seperti ayat yang menyatakan:
لَقَدْ كاَنَ لَكُمْ فِى رَسُوْ لِ اللّهِ أُسْوَ ةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كاَ نَ يَرْجُوااللّهَ وَالْيَومِ آلأَ خِرَ وَذَكَرَ اللّهَ كَثِيْراً
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada diri Rosulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah dan hari akhir dan dia banyak mengingat Allah (QS. Al-Ahzab 21).
Karena sejatinya, setiap bayi yang lahir ke muka bumi adalah fitrah, suci tak berdosa. Maka dalam kehidupan keluarga, peran orang tua dalam menanamkan pendidikan kepada anak-anak mereka hendaknya selalu memberikan contoh yang baik, agar mulai sejak masa kanak-kanak mereka menyerap dasar-dasar tabi’at prilaku yang Islami. Karena, walau bagaimanapun pendidikan orang tua merupakan pendidikan pertama yang banyak mempengaruhi jiwa dan kepribadian anak-anak selanjutnya menuju masa depan yang akan dilaluinya. Seperti pada sabda Rasulullah saw yang berbunyi:
ماَ مِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْ لَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَواَهُ يُهَوِّداَنِهِ وَيُنَصِّراَنِهِ وَيُمَجَّساَنِهِ
Artinya: Setiap anak yang dilahirkan itu dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani dan Majusi” (H.R muslim)
Selain Rosulullah SAW, kenalkan pula anak pada sahabat dan sahabiyah. Masih banyak sekali tokoh-tokoh super hero sejati yang justru tak menjadi rujukan anak hari ini. Bahkan bisa jadi jika disebutkan nama-nama mereka pun anak-anak kompak berkata tidak tahu. Sebut saja Bilal Bin Rabbah ra. Tokoh luar biasa dengan semangat juang yang tak kenal lelah, bahkan rela berkorban nyawa demi Agamanya. Bilal 1000 kali lebih kuat dibandingkan sosok Hulk. Bahkan tak bisa dibandingkan. Bilal lebih rela mati daripada sosok Ultramen. Bilal, sosok nyata yang tak pernah terangkat keheroikannya di hadapan anak-anak.
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ
Artinya : “Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669).
Maka pantas apabila kepribadian anak akan terasa susah diarahkan, bahkan jauh dari nilai-nilai Islam. Karena pribadi yang menjadi contoh bukan yang seharusnya. Tak ada sejarah perjuangan Bilal yang dikemas dalam film kartun. Atau sosok Asma’ Binti Abu Bakr yang rela memanjat tebing untuk membawa bekal Rosulullah SAW. Tidak ada.
Maka di sinilah peran orang tua memberi bacaan atau bercerita kepada anak tentang bagaimana heroiknya mereka. Merekalah pribadi yang pantas ditiru, dicontoh, diteladani, disaksikan dan dikenang keheroikannya.
Wallahualam