Sabtu, 26 November 2022

Koneksi antar Materi Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional (PSE)

 


1. Sebelum mempelajari modul ini saya berpikir bahwa kompetensi sosial emosional murid akan terbentuk dengan sendirinya sejalan dengan bertambahnya umur mereka menuju kedewasaan. Sehingga dalam pembelajaran dikelas saya lebih berfokus pada penyampaian materi pembelajaran. Setelah mempelajari modul ini ternyata pembelajaran berbasis sosial emosional perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa kesiapan, ketertarikan dan fokus murid.
2. Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being).
3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari adalah:
a. 5 Kompetensi sosial emosional
b. Kesadaran penuh (mindfulness)
c. Kesejahteraan Psikologis (Well- Being)

3. Berkaitan dengan no 2 perubahan yang akan saya terapkan dikelas dan sekolah :
 a. Bagi murid murid  : memberikan kesempatan kepada murid untuk menumbuhkan, melatih, dan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan resfonsif dengan perkembangan budaya serta mengintegrasikan kompetensi sosial dan emosional kedalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran.

b. Bagi Rekan sejawat : Menjadi teladan ( memodelkan), belajar dan berkolaborasi. Pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan pendidik serta tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positip mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat : 
1.   Memahami, menghayati dan mengelola emosi dan nilai diri sendiri (kesadaran diri)
2.  Kemampuan untuk mengatur emosi, pikiran, prilaku di berbagai situasi (Manajemen Diri )
3.  Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain ( Kesadaran sosial)
4.  Membangun dan mempertahankan hubungan positif (Keterampilan berelasi)
5.  Membuat keputusan yang bertanggung jawab (Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)

Kaitan pembelajaran sosial dan emosional yang telah kami pelajari dengan modul-modul sebelumnya adalah melalui pembelajaran sosial emosional, mendukung peran guru sebagai pendidik dalam menciptakan Well Being Ekosistem Pendidikan di sekolah sehingga kondisi menjadi nyaman, sehat dan bahagia bagi murid. Hal ini sejalan dengan Filosofi Ki Hadjar Dewantara.

Seorang guru penggerak yang memiliki nilai kemandirian, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid harus menggunakan segala kekuatan dan potensi yang ada untuk membangun budaya positif di sekolah. Budaya positif yang dikembangkan hendaknya dapat mendorong pemenuhan kebutuhan belajar murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman.

Seorang guru atau pendidik, harus mampu menggunakan segala kekuatan dan potensi yang ada untuk mengembangkan budaya positif di sekolah. Budaya positif yang dapat dilakukan di sekolah untuk menerapkan latihan Berkesadaran Penuh (mindfulness) sambil mengembangkan kompetensi Kesadaran Diri (Self Awareness) adalah dengan mengenali emosi. Hal ini dapat membantu guru dan murid merespon terhadap kondisinya sendiri.
Jika pembelajaran sosial emosional dengan pendekatan berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi budaya positif di sekolah maka pembelajaran berdiferensiasi lebih mudah diterapkan. Hal ini tentunya akan membahagiakan murid karena pembelajaran yang disajikan sesuai dengan kebutuhan belajar, baik melalui pendekatan kesiapan belajar, minat, dan profil murid.

Pendekatan kesadaran penuh (mindfulness) menggunakan teknik STOP dapat dijadikan sebagai metode dan pendekatan yang dapat menciptakan Well Being Ekosistem. Siswa yang memiliki Well Being yang optimal memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mencapai prestasi akademik yang tinggi, kesehatan fisik, dan mental yang lebih baik, memiliki ketangguhan dalam menghadapi stres dan terlibat aktif dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung jawab.

Melalui pembelajaran berdiferensiasi dan pelajaran sosial emosional diharapkan dapat mewujudkan profil pelajar Pancasila. Maka dengan demikian terwujudlah insan-insan yang cerdas dan karakter yang pada akhirnya berjuang dengan melahirkan berbagai kebijaksanaan.