Kamis, 30 Maret 2023

Guru Penggerak Dan Pembelajaran Sosial Emosional

Kegiatan Panen Karya Eco Print dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila


Saya sengaja merefleksikan modul 2.2 ini dengan sedikit berbeda. Kali ini saya akan sharing pengalaman pada jurnal refleksi dwi mingguan modul 2.2 yaitu tentang Pembelajaran Sosial Emosional dengan model refleksi 4F (Fact, Feeling, Finding, Future) konsep dari Robert Greenaway.

Model ini lalu diadaptasi kedalam bahasa Indonesia menjadi 4P yaitu: Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, Penerapan).

Facts (Peristiwa) 

Materi yang luar biasa yang saya dapatkan di modul 2.2 ini. Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Pembelajaran Sosial dan Emosional berupaya menciptakan lingkungan dan pengalaman belajar yang menumbuhkan 5 kompetensi sosial dan emosional yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Pembelajaran 5 KSE tersebut akan dapat menghasilkan murid-murid yang berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli, responsif, proaktif, mendorong anak untuk memiliki rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, sosial, budaya, dan humaniora. Semua ini selaras dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi dalam Standar Nasional Pendidikan. 

Dalam modul 2.2 ini, saya belajar bagaimana menciptakan pengalaman dan lingkungan belajar yang memperhatikan kebutuhan sosial dan emosional murid. Saya belajar bagaimana mengelola emosi dalam memiliki kesadaran diri, memanajemen diri dengan strategi STOP bagaimana saya membuat keputusan dengan POOCh. 

Dalam Demonstrasi Kontekstual ada tugas membuat RPP yang memuat KSE. Saya membuat RPP yang mengintegrasikan KSE. Sebagai acuan juga dalam melakukan Aksi Nyata RPP tersebut saya buat lengkap dengan Pembelajaran Berdiferensiasi yang juga didalam RPP tersebut dilengkapi Sintaks-sintaks Model Pembelajaran. Awalnya saya merasa kesulitan menyusun RPP tersebut, karena selama ini belum melengkapi RPP dengan sintaks-sintaks model pembelajaran. Setelah saya konsultasikan kepada Pengajar Praktik akhirnya saya selesai membuat RPP secara lengkap.

Feelings (Perasaan)

Banyak hal yang saya tidak sadari sebelumnya bahwa ternyata saya sudah melakukan pembelajaran social emosial ini. Perasaan saya setelah mempelajari modul ini adalah senang dan termotivasi, dan percaya bahwa saya akan mampu  menerapkan Pembelajaran Sosial dan Emosional dengan mengintegrasikan 5 Kompetensi Sosial Emosional.

Findings (Pembelajaran)

Saya memahami serta menyadari pentingnya perkembangan murid secara holistik, bukan hanya intelektual, tetapi juga fisik, emosional, sosial, dan karakter. Lemahnya perkembangan sosial emosional para murid terlihat dengan meningkatnya perilaku negatif murid, performa akademik murid menurun, terjadi kasus perundungan, tawuran, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, murid dengan gangguan emosional seperti stres, kecemasan, depresi, bahkan kasus bunuh diri pada usia remaja. 

Oleh karenanya penting sekali  pembelajaran yang dapat menumbuhkan kompetensi sosial dan emosional murid. Sudah sepatutnya sebagai guru saya memikirkan bagaimana menuntun mereka untuk mencapai kodratnya, bagaimana membimbing mereka agar dapat mengeksplorasi dan mengaktualisasikan seluruh potensi dalam dirinya setinggi- tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat, hingga dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaannya. Ini merupakan sebuah tantangan besar, namun dengan semangat dan tindakan yang nyata tentunya akan terlaksana dengan baik.

Future (Penerapan):

Setelah mempelajari modu1 2.2. saya bertekad untuk untuk menciptakan  lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being). 


Rabu, 08 Maret 2023

Koneksi Antar Materi Modul 3.2 (Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya)


Oleh : Elly Agustina, S.Pd
Calon Guru Penggerak Angkatan 6
SMAN 1 Abung Tengah, Lampung Utara

Kegiatan Training Motivasi Kuliah untuk kelas XII


Pemimpin Pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya merupakan satu kesatuan yang saling berkesinambungan dalam pemanfaatan pada aset-aset sekolah yang dimiliki dan dikelola dengan baik oleh seorang pemimpin pembelajaran. Pemanfaatan sumber daya yang ada di sekolah menjadi modal utama dalam membangun kekuatan atau potensi dalam ruang lingkup warga sekolah, lingkungan dan masyarakat.

Sumber daya yang terdapat di sekolah merupakan sebuah ekosistem dimana terjadinya interaksi atau hubungan timbal balik atau saling ketergantungan antara komponen dalam ekosistem, yaitu dalam hal ini adalah komponen biotik yaitu unsur yang hidup dan komponen abiotik, yaitu unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup) ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya, seperti hubungan antara Murid, Kepala Sekolah, Guru, Staf/Tenaga Kependidikan, Pengawas Sekolah, Orang Tua dan Masyarakat sekitar sekolah. Sedangkan faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah: Keuangan dan Sarana dan prasarana.

Melalui pemetaan kekuatan atau potensi sumber daya yang ada di sekolah, sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat mengimpelementasikan kekuatan tersebut melalui konsep 7 modal utama yang terdapat di sekolah, yakni Modal Manusia, Modal Fisik, Modal Sosial, Modal Finansial, Modal Politik, Modal Lingkungan/ Alam, Modal Agama dan budaya. Jika seorang pemimpin pembelajaran dapat memanfaatkan 7 modal utama menjadi sebuah kekuatan, maka hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dan kemajuan sekolah.

Dalam pemanfaatan 7 modal utama sebagai suatu kekuatan di sebiah sekolah, pemimpin pembelajaran juga harus dapat memanfaatkan pendekatan berfikir dalam pengelolaan asset, diantaranya Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan melihat dengan cara pandang negatif. memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja, dan pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah memusatkan pikiran pada kekuatan positif, pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif. 

Pengelolaan sumber daya yang tepat dan dapat mendorong pada proses pembelajaran dikelas menjadi lebih berkualitas merupakan bagian dari pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah, yakni sekolah sebagai satuan pendidikan yang mempunyai hak mengatur, melaksanakan, dan mengawasi kegiatan pendidikan agar efisiensi dan efektivitas penyelenggara pendidikan dapat tercapai dengan sebaik-baiknya. Sehingga sekolah sebagai komuntias dapat melakukan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) yang dapat menitikberatkan pada kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, yang dijadikan sebagai kekuatan untuk maju dan berkembang. Sehingga sekolah dalam memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mendorong pada proses pembelajaran dikelas menjadi lebih berkualitas, maka sekolah dapat menerapkan  model pengembangan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA), yaitu 7 modol/aset utama ini merupakan salah satu alat yang dapat membantu menemukenali sumber daya yang menjadi aset sekolah dan  ketujuh aset ini dapat saling beririsan satu sama lain, dan contoh 7 Modal Utama, antara lain :

Modal Manusia

  • Modal manusia tersebut teridi dari kepala sekolah, pengawas, guru, orag tua, dan murid serta ketenaga kependidikan seperti tata usaha, penjaga sekolah. Dan bagaimana memanfaatkan modal manusia tersebut dalam mewujudkan pembelajaran yang berkualtas, sebagai contoh pada dalam satu sekolah terdapat guru  yang memilki keahlian dibidang Sains, maka sekolah membuat Club Sains untuk menggali potensi dalam bidang akademik untuk mengikuti perlombaan olimpiade, dalam hal ini Guru tersebut dengan kaahliannya dapat berpengaruh terhadap murid sesuai dengan minat dibidangnya

Modal Sosial

  • Pemanfaatan modal sosial dalam hal ini dapat melalui kerjasama dengan KKG untuk meningkatkan kompetensi sekolah, dan  dengan puskesmas untuk meningkatkan mutu kesehatan di sekolah serta menjalin kerjasama dengan masyarakat sekitar lingkungan sekolah seperti RT, RW dll

Modal Fisik

  • Modal fisik yang terdapat disekolah adalah bangunan dan sarana prasarana yang dapat dimanfaatkkan sesuai dengan bentuk dan pemanfaatanya, misalnya laboratorium komputer  dapat dimanfaatkan untuk belajar mengenai TIK  dll.

Modal Lingkungan/Alam

  • Lingkungan / alam yang ada disekitar sekolah merupakan modal yang sangat berharga untuk menciptakan pembelajaran yang menyenagkan, seperti memanfaatkan lingkungan menjadi area apotik hidup dan dapat dimanfaatkan untuk belajar tentang obat dan pemanfaatanya.

Modal Financial

  • Modal finansial menjadi sangat perlu dipertimbangkan, karena untuk mewujdukan pembelajaran yang berkualitas perlunya adanya perencanaan yang matang, seperti pembuatan RKAS yang mendukung untuk keberlangsungan proses pembelajaran manjadi lebih berkulitas. 
Modal Politik

Dalam modal politik ini merupakan kerjasama dengan pihak luar, seperti dukungan dari pemerintah daerah kelurahan untuk menjalankan program sekolah seperti komposting, jumantik, Bank sampah, dan bekerjasama dengan KPKP untuk membentuk kebun toga, serta dengan Dinas pertamanan untuk penyediaan tanaman sekolah.


Modal Agama dan Budaya


Modal Agama dan Budaya untuk membantu proses pembelajaran menjadi lebih berkualitas yakni, dengan adanya warga sekolah dan lingkungan religius, adanya tokoh agama baik dari lingkungan sekolah maupun lingkungan sekitar, dan terlibat aktif dalam komunitas keagamaan dan budaya daerah setempat.

 Misalnya menyelenggarakan program sekolah yang menunjang peningkatan budaya positif dan pendidikan karakter, dan menyelenggarakan kegiatan keagamaan dengan melibatkan tokoh agama di sekitarnya.


Keterkaitan materi dengan modul lainnya, antara lain :


  1. Nilai Filosofi Ki Hadjar Dewantara ( Modul 1.1)


Ki Hajar Dewantara melalui filosofinya yang mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan,bahwa pendidikan merupakan kegiatan  menuntun segala kekuatan kodrat yang pada anak-anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Sehingga guru sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat melakukan proses pembelajaran yang menyenangkan, dan berpihak pada murid,sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya, karena murid bukanlah kertas kosong, namun setiap murid memiliki potensi yang berbeda-beda, dan tugas kita sebagai guru hanya menuntun dan menebalkan potensi yang sudah mereka miliki.


  1. Nilai dan Peran Guru Penggerak


Guru sebagai pendidik merupakan bagian dari 7  modal utama, yaitu sebagai modal manusia, dalam hal ini guru sebagai pemimpin pembelajaran nilai dan peran yang sagat penting dalam proses belajar dikelasnya, sehingga nilai-nilai mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif dan berpihak pada murid harus dijadikan landasan dalam terciptanya pebelajar yang sesuai dengan profil pelajar pancasila. Dan guru juga harus dapat berperan dalam membangun sinergi di lingkungan sekolah sebagai pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antara guru, serta mewujudkan kepemimpinan murid, dengan nilai dan peran guru secara aktif, maka akan menciptakan generasi unggul dengan memanfaatkan modal utama untuk menggali potensi murid-muridnya.


  1. Visi Guru Penggerak


Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus memiliki Visi guru penggerak yang berbasis IA (Inkuiri Apresiatif) melalui konsep ATAP dan BAGJA. Pada konsep terebut dapat jga digunakan sebagai pengelolaan sumber daya yang ada disekolah. Hal ini sesuai dengan Cooperrider & Whitney (2005), yang menyatakan bahwa Inkuiri Apresiatif adalah suatu filosofi, landasan berpikir, yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri seseorang, organisasi, dan dunia sekitarnya, baik dari masa lalu, masa kini, maupun masa depan.


  1. Budaya Positif


Budaya positif dilingkungan sekolah merupakan budaya yang mendukung segala bentuk perkembangan murid, dengan tujuangan memanusikan manusia dengan menerapkan disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, sehingga akan menghasilkan output dari peserta didik yang memilki karakter kuat dimasa depan. Misalnya dengan melakukan resitusi akan menciptakan peserta didik yang memilki karakter positif dimasa depannya.


  1. Pembelajaran Diferensiasi


Pembelajaran berdiferensiasi adalah sebuah cara dalam pembelajaran yang sangat berpihak kepada siswa, sesuai dengan kesiapan belajar siswa dan profil belajar siswa yang berbeda sesuai dengan keunikannya. Sebelum melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru harus sudah melaksanakan pemetaan. Dalam proses pembelajaran berdiferensiasi akan sangat dapat terwujud, jika pemanfaatan sumber daya yang ada di sekolah seperti guru dan murid, serta modal lingkungan, modal fisik dan yang lainnya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.


  1. Pembelajaran Sosial dan Emosional


Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) merupakan strategi atau cara seorang pemimpin pembelajaran dalam melakukan kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah, yang menekankan pada keterampilan dan pengelolaan mengenai aspek-aspek sosial emosional. Teknik mindfulness juga dapat dijadikan strategi bagaimana cara mengelola sumber daya manusia, yakni murid sehingga melalui tahap tersebut potensi kecerdasan sosial emosional anak bisa berkembang optimal.


  1. Coaching


Coaching merupakan sebuah strategi atau cara seorang pemimpin pembelajaran untuk melakukan pengembangan kekuatan diri pada diri anak dengan menuntun, mendampingi anak, untuk menggali potensi anak dan memaksimalkannya. Pada proses Coachee memberikan kesempatan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir pada diri anak, yang didalamnya terdapat Caach sebagai pengembangan kekuatan dan potensi pada coachee sebagai lawan bicara.


  1. Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab


Sebagai pemimpin pembelajaran dalam prosesnya akan selalu berhadapan dengan dua situasi yakni, dilema etika dan bujukan moral yang dituntut pada pengambilan keputusan. Sebagai pemimpin pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan yang baik, diharapkan pada pengambilan keputusan tersebut dengan mengedepankan keputusan-keputusan yang bermanfaat bagi seluruh elemen yang terlibat didalamnya,yaitu dengan langkah-langkah pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Prinsip tersebut sangat penting karena hal ini sangat terkait dengan pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah.


Sebelum belajar modul 3.2 mengenai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya. Selama ini masih sering fokus dan berpikir berbasis kekurangan, hal menyebabkan tidak jarang perasaan yang timbul adalah, perasaan yang pesimis, negatif sehingga berakhir dengan kegagalan. Namun setelah mempelajari modul 3.2 ini, sudut pandang mengenai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya ini menjadi berubah, karena ternyata seorang pemimpin seharusnya selalu mengedepankan pola pikir berbasis kekuatan/aset, sehingga hal tersebut membuat kita akan berpikir positif dengan memanfaatkan sumber daya atau aset yang ada disekelilingnya.