Salam Guru Penggerak.
Saya Elly Agustina, CGP angkatan 6 asal sekolah SMAN 1 Abung Tengah, Lampung Utara.
Refleksi dwi mingguan kali ini saya akan menuliskan jurnal dengan model Driscoll. Model ini diadaptasi dari refleksi yang digunakan pada praktik klinis (Driscoll & Teh, 2001). Ada tiga bagian yang akan saya tuliskan dalam refleksi ini.
1. WHAT
Modul 2.3 ini merupakan modul terakhir di paket modul 2. Dalam modul ini saya mempelajari tentang coaching untuk supervisi akademik. Awalnya saya berpikir bahwa coaching itu sama dengan mentoring, namun ternyata dua hal itu berbeda. Pemahaman ini saya peroleh setelah saya membaca secara mandiri di alur eksplorasi konsep. Saat ruang kolaborasi, saya juga mendapat penguatan dari fasilitator tentang praktik coaching. Selanjutnya saya dan rekan CGP lainnya berlatih untuk mempraktikkan coaching lewat meet. Pada sesi ini kami dikelompokkan berpasangan untuk bermain peran sebagai coach dan coachee.
Saat sesi demonstrasi kontekstual, saya dengan rekan CGP lainnya juga mendapat tugas untuk membuat video praktik coaching. Kami kembali dibagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok saya terdiri tiga orang yaitu saya, Pak Cokro dan Bu Reni. Dalam praktik coaching kali ini, kami harus mempraktikkan tiga peran, yaitu sebagai pengamat, coach dan coachee. Video pertama saya berperan sebagai pengamat, video kedua sebagai coach dan video ketiga sebagai coachee.
2. SO WHAT
Perasaaan saya saat awal melakukan praktik coaching, saya merasa bingung dan ragu. Namun itu menjadi tantangan tersendiri bagi saya untuk dapat menaklukkan keraguan tersebut. Beruntung dalam ruang kolaborasi, kami diberi kesempatan untuk mempraktikkan coaching dengan rekan CGP. Dengan berpedoman alur TIRTA membuat saya lebih terarah dalam melakukan praktik coaching. Meskipun belum maksimal, tapi saya merasa senang dapat mempraktikkan coaching ini dengan baik. Memang perlu latihan yang kontinyu agar coaching dapat berjalan lancar dan tujuan yang diharapkan coachee dapat tercapai. Praktik coaching ini juga mengajarkan saya untuk menjadi pribadi yang lebih bijaksana dan matang sosial emosionalnya. Di sini lah keterampilan sosial emosional serta mindfulness saya praktikkan. Meskipun belum sempurna, namun tidak ada salahnya untuk terus berlatih dan berusaha.
Selain itu, saya juga merasa bahagia saat coachee mampu menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi sesuai tujuan yang diinginkan. Saya juga senang karena dapat membantu rekan untuk memaksimalkan potensi dirinya melalui pertanyaaan-pertanyaan berbobot yang saya berikan. Saya melihat rekan saya (coachee) yang melakukan praktik coaching merasakan hal yang sama. Mereka terlihat senang ketika mampu menemukan solusinya sendiri sesuai dengan keinginan dan harapannya. Hal yang sama juga saya rasakan, dengan melakukan coaching saya berusaha untuk memberikan pembelajaran diri serta pengalaman hidup coachee sehingga harapannya mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang mampu memaksimalkan potensi dan profesionalnya. Bahkan setelah melakukan praktik coaching pun, saya masih merasakan hal yang sama. Saya merasa senang dan yakin bahwa rekan saya akan menjadi seseorang yang berdaya dengan dirinya, semakin maksimalkan potensinya.
3. NOW WHAT
Coaching bertujuan untuk menuntun coachee untuk menemukan ide baru atau solusi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi sesuai dengan tujuan yang diinginkannya. Dalam hal ini, maka tugas coach hanya mengantarkan melalui mendengarkan aktif dan memberikan pertanyaan pertanyaan berbobot agar coachee merefleksikan sendiri tujuan yang ingin dicapai. Tentunya, hal ini akan berbeda cerita jika saya mengambil langkah yang tidak sesuai dengan tujuan coaching. Pengalaman hidup dan pengembangan diri yang akan dialami coachee tentu akan berbeda. Mereka hanya dapat mengikuti saran atau masukan yang diberikan coach tanpa menemukan sendiri solusi-solusi dari permasalahan yang dihadapinya. Hal ini juga membuat potensi diri yang dimiliki coachee tidak akan tumbuh dan berkembang.
Lantas bagaimana saya mendapatkan informasi tambahan tentang praktik coaching ini? Selain dari modul 2.3 ini, informasi dan pengetahuan tentang coaching ini juga akan saya dapatkan dari berbagai sumber referensi misalnya artikel ilmiah, buku, video contoh praktik coaching, narasumber, dan lain-lain. Tentunya ini juga membutuhkan dukungan-dukungan dari berbagai pihak, di antaranya pimpinan sekolah, rekan sejawat, keluarga, dan masyarakat sekitar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar