Minggu, 30 April 2023

Jurnal Refleksi Lokakarya 7 (Festival Panen Hasil Belajar)

Foto bersama Kepala BGP Lampung





Kegiatan Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 6 telah memasuki bagian terakhir rangkaian program, yakni Lokakarya 7 yang dilaksanakan dalam 2 hari, Jumat-Sabtu 28-29 April 2023. Kegiatan Lokakarya 7 dilaksanakan di lokasi yang cukup representatif, yakni GOR Sukung Kotabumi Lampung Utara. Kegiatan Lokakarya 7 ini memberikan imbas positif dan kesan yang luar biasa karena pelaksanaannya memadukan kolaborasi, kerja cepat dan tepat, koordinasi dan lain-lain dengan rekan CGP 1 kelompok maupun dengan rekan CGP lainnya. Deskripsi kegiatan Lokakarya 7 ini saya paparkan melalui jurnal refleksi dengan menggunakan model 4P yang telah saya susun.

  • Facts (Peristiwa)

Kegiatan Lokakarya 7 ini  dilaksanakan selama 2 hari dengan agenda atau rangkaian kegiatan sebagai berikut:

Hari Pertama:

Pada hari pertama ini, kami melaksanakan kelas seperti biasanya diawali dengan pembukaan dari Pengajar Praktik kemudian memaparkan tujuan pembelajaran dan kesepakatan belajar. Lalu kami dikelompokkan untuk menuliskan evaluasi Program Pendidikan Guru Penggerak yang terdiri dari aspek panitia, bahan ajar, modul ajar, dan lain-lain. Kegiatan evaluasi ini berlangsung selama kurang lebih 45 menit. Selepas kegiatan evaluasi, selanjutnya adalah kegiatan berbagi aksi nyata terpilih masing-masing CGP dalam satu kelompok. Pada sesi ini, para CGP mendapatkan banyak inspirasi dan ide dari peserta lain mengenai aksi nyatanya dan tentunya dapat diaplikasikan di sekolah masing-masing. Kegiatan selanjutnya adalah berbagi dampak positif kegiatan CGP yang terdiri dari aspek Kepala Sekolah, rekan sejawat, murid, dan komunitas praktisi. Kegiatan hari pertama ini ditutup dengan persiapan pameran/panen karya hasil pembelajaran PGP. Pada sesi ini kami berkelompok mendesain, mendekorasi, dan menginventarisir apa saja yang akan ditampilkan untuk pameran. Kegiatan ini tentunya memerlukan kolaborasi, kerja cepat dan tepat, koordinasi dalam satu kelompok. Persiapan pameran ini berlangsung sangat luar biasa dan berakhir menjelang petang.

Kelas berbagi hari pertama

Persiapan stand hari pertama


Hari Kedua:

Hari kedua ini merupakan kegiatan pameran panen karya hasil pembelajaran yang merupakan sesi puncak dari kegiatan Pendidikan Guru Penggerak. Semua kelompok menampilkan stand pameran yang luar biasa dan variatif yang tentunya berupa rencana program sekolah serta berbagai aksi nyata yang telah dilaksanakan. Kegiatan hari kedua ini sangat istimewa karena melibatkan tamu undangan seperti Bupati Lampung Utara, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung Utara, Balai Guru Penggerak Lampung, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, dan lain-lain yang memberikan dukungan serta apresiasi yang luar biasa.

Kegiatan hari kedua diawali dengan pembukaan, sambutan dari Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung Utara. Setelah itu, Bupati, Kadis, BGP dan jajarannya berkeliling meninjau semua stand pameran panen karya dan memberikan umpan balik atau apresiasi yang positif. Salah satu hal yang sangat menarik dan inspiratif pada hari kedua ini adalah Kelas Berbagi oleh CGP mengenai aksi nyata yang telah dilakukan yakni dari jenjang PAUD, SD, SMP, dan SMA. Ada pula unjuk aksi dari CGP dalam bentuk tari sigeh pengunten, tari kreasi, puisi dan solo song. 

Foto bersama Kadis Pendidikan Kab. Lampung Utara serta perwakilan Bupati Lampung Utara


Feelings (Perasaan)

Setelah mengikuti kegiatan lokakarya 7 yang berlangsung selama 2 hari ini, saya merasa sangat bersyukur dan bahagia bahwasanya kita dapat saling menginspirasi dan mendapatkan ide-ide mengenai rencana program sekolah dan aksi nyata yang dapat diaplikasikan di sekolah masing-masing. Kegiatan Lokakarya 7 ini memberikan imbas positif dan kesan yang luar biasa karena pelaksanaannya memadukan kolaborasi, kerja cepat dan tepat, koordinasi dan lain-lain dengan rekan CGP 1 kelompok maupun dengan rekan CGP lainnya.

Findings (Penemuan)

Banyak pembelajaran yang saya dapatkan setelah mengikuti kegiatan lokakarya 7 ini, diantaranya adalah saya mendapatkan banyak inspirasi dan ide-ide luar biasa mengenai aksi nyata dan rencana pengembangan sekolah dari rekan CGP lain serta umpan balik dari para pengunjung yang luar biasa dan apresiasi serta dukungan yang positif dari Kepala Sekolah.

Future (Penerapan)

Setelah mengikuti lokakarya 7 ini, ada beberapa hal yang dapat saya terapkan diantaranya:

Semangat berbagi dan berkolaborasi dengan rekan sejawat mengenai program sekolah yang dapat dilaksanakan, mengambil hal/praktik baik dari rekan-rekan CGP yang dapat saya aplikasikan di sekolah, dan mulai menerapkan rencana program sekolah yang telah disusun dan konsisten dalam pelaksanaannya.


Demikian refleksi dari lokakarya 7 yang telah dilaksanakan, tentunya kegiatan lokakarya 7 ini merupakan lokakarya terakhir dan demikian berakhir pula program guru penggerak angkatan 6. Semoga ilmu yang kami dapatkan di pendidikan ini dapat kami terapkan di lingkup sekolah dan masyarakat. Terimakasih saya ucapkan kepada suami saya, dan keluarga yang telah mendukung saya, kepala SMAN 1 Abung Tengah ibu Media Sari Putri, S. Pd, M.M. , fasilitator Bpk Buniamin Farahat, M.T, Pengajar praktek ibu Sinta Larasati, S. Pd, serta seluruh rekan CGP angkatan 6 kelas 12.1, Ibu Qory Harfiah, Ibu Indira Yetti dan ibu Upita Handriyani. Tetap semangat ibu-ibu hebat, karena kita adalah Srikandi di sekolah masing-masing. 

Akhirukalam, 

Billahi taufiq wal hidayah, wassalamu'alaikum wr. Wb. 

Salam guru penggerak!! 

Jurnal Refleksi Seluruh Modul 1, 2 dan 3



Assalamu'alaikum, wr. Wb. 

Salam guru penggerak! 

Saya Elly Agustina, S. Pd, guru penggerak angkatan 6 dari Kabupaten Lampung Utara. 

Refleksi yang saya tulis kali ini terkait dengan modul 1.1, 1.2. 1.3, 1.4, 2.1, 2.2, 2.3, 3.1, 3.2, dan 3.3 yang mencakup keseluruhan modul yang pernah saya pelajari di pendidikan guru penggerak angkatan 6. Saya berusaha untuk merefleksikan dengan menggunakan model 4 F (Fact, Feeling, Finding dan Future).

Fact (Peristiwa)

Pendidikan guru penggerak angkatan 6 Kabupaten Lampung Utara dimulai pada tanggal 24 Agustus saat Lokakarya 0 hingga 29 April saat pelaksanaan Lokakarya 7. Beberapa aktivitas pembelajaran yaitu diawali mulai modul 1.1 hingga modul 3.3 dimana konsep yang digunakan dalam pendidikan guru penggerak ini menggunakan alur MERDEKA yaitu diawali dengan Mulai dari Diri, dilanjutkan dengan Eksplorasi Konsep; Ruang Kolaborasi; Refleksi Terbimbing; Demonstrasi Kontekstual; Elaborasi Pemahaman; Koneksi Antar Materi; dan ditutup dengan Aksi Nyata.

Pada modul 1.1 berisi tentang paradigma dan memahami filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara serta melakukan refleksi kritis atas hubungan nilai-nilai tersebut dengan konteks pendidikan lokal dan nasional pada saat ini. Kemudian pada modul 1.2 yaitu mempelajari tentang nilai dan peran guru penggerak. Pada modul 1.3 mempelajari visi guru penggerak dengan menerapkan prakarsa perubahan menggunakan model BAGJA diharapkan saya mampu mengembangkan dan mengkomunikasikan visi sekolah yang berpihak pada murid kepada para guru dan pemangku kepentingan. Serta pada modul 1.4 mempelajari bagaimana membangun budaya positif di sekolah.

Dilanjutkan dengan modul 2 yaitu tentang praktik pembelajaran yang berpihak pada murid. Dimulai dari modul 2.1 yaitu tentang pembelajaran berdiferensiasi yang terbagi menjadi 3 yakni diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. Tujuan dari pembelajaran berdiferensiasi adalah untuk mengakomodasi kebutuhan belajar siswa yang berbeda. Pada modul 2.2 saya mempelajari pembelajaran sosial emosional diharapkan saya mampu mengelola emosi dan mengembangkan keterampilan sosial yang menunjang pembelajaran. Kemudian yang terakhir modul 2.3 adalah melakukan praktik komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar seorang coach serta menerapkan praktik coaching sebagai pemimpin pembelajaran.

Pada modul 3 tentang pemimpin pembelajaran dalam pengembangan sekolah dimulai dari modul 1.3 yaitu saya melakukan praktik pengambilan keputusan yang berdasarkan prinsip pemimpin pembelajaran dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan. Kemudian pada modul 3.2 tentang pengelolaan sumber daya di sekolah meliputi pengelolaan sumber daya manusia, keuangan, waktu, dan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang berdampak pada murid. Dan yang terakhir adalah modul 3.3. tentang program yang berdampak positif pada murid dengan cara mengembangkan kegiatan berkala seperti membuat program yang berdampak positif pada murid, memfasilitasi komunikasi murid, orangtua dan guru serta menyediakan peran bagi orangtua terlibat dalam proses belajar yang berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran.

Feeling (Perasaan)

Perasaan saya setelah mengikuti program pendidikan guru penggerak ini sangat senang karena saya mendapat banyak ilmu baru yang merubah paradigma berpikir saya selama ini tentang pendidikan. Bahwa pendidikan tidak hanya sekedar transfer ilmu saja melainkan menuntun anak untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan setinggi-tingginya. Selain itu pada pendidikan guru penggerak saya juga senang karena mendapat banyak ilmu baru, bagaimana cara mengambil keputusan pada kasus dilema etika, bagaimana cara supervisi akademik yang baik yang menggunakan praktek coaching. Serta bagaimana saya bisa membuat program-program yang berdampak positif pada murid dengan memaksimalkan semua aset yang ada di sekolah.

Finding (Pembelajaran)

Pengetahuan dan pengalaman baru akan diterima oleh saya sebagai calon guru penggerak pemimpin pembelajaran. Salah satu aplikasi nyata bagaimana seorang guru harus menghamba pada anak adalah mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi terhadap pelaksanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Pembelajaran yang mengakomodir seluruh kebutuhan peserta didik dari minat, kesiapan belajar dan profil belajar peserta didik.

Future (Penerapan) 

Setelah mempelajari modul 1 hingga modul 3, saya akan melatih diri saya secara terus menerus dengan teknik teknik yang ada dalam modul sehingga menjadi cakap. Tak hanya itu saya juga akan mencoba mengenal dan menganalisis aset, kekuatan, potensi yang dimiliki sekolah maupun yang ada di sekitar sekolah untuk dapat diberdayakan untuk pengembangan sekolah kedepannya. Memanfaatkan aset sekolah secara maksimal untuk dapat digunakan dalam pembelajaran supaya bisa menggali potensi murid. Mencoba berkolaborasi dengan rekan sejawat untuk dapat menerapkan pendekatan berbasis aset atau kekuatan sehingga dapat memberikan dampak positif bagi kemajuan pendidikan khususnya di sekolah saya. Selain itu saya akan terus belajar dan menganalisis tentang program-program yang berdampak positif pada murid. Kemudian saya akan membagikan praktek baik kepada rekan sejawat tentang kepemimpinan murid dan berkolaborasi dengan teman CGP lainnya, kepala sekolah, komunitas praktisi, dan sebagainya dalam menyusun dan membantu melaksanakan program yang berdampak positif pada murid. Serta saya akan selalu berusaha untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi sebuah kebiasaan baik yang tentunya dengan tujuan murid akan mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya menjadi murid merdeka sesuai dengan profil pelajar pancasila.

Jurnal Refleksi Lokakarya 6


Assalamualaikum Wr Wb.

Salam guru penggerak , Tergerak-bergerak-menggerakan. 

Saya Elly Agustina, S.Pd, CGP angkatan 6 dari Kabupaten Lampung Utara. Dengan Pengajar Praktek Ibu Sinta Larasati, S.Pd dan Fasilitator Bapak Buniamin Farahat, M.T.

Pada klai ini saya akan merefleksikan kegiatan Lokakarya 6 angkatan 6 kabupaten Lampung Utara dengan Model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future)
Model ini dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. Model 4F ini dapat diterjemahkan menjadi 4P (Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, dan Penerapan).

PERISTIWA
Pada hari sabtu tanggal 1 April 2023 saya mengikuti kegiatan lokakarya yang ke-6 yaitu di SMP IT Insan Robbani Lampung Utara. Kegiatan lokakarya dimulai dari pukul 08.00 sampai dengan 16.00 WIB dengan waktu istirahat satu kali yaitu pada pukul 12.00 dan masuk kembali pukul 13.00. Dalam lokakarya ini kami berdiskusi tentang pengelolaan program yang berdampak positif pada murid dan sejauh mana posisi diri CGP setelah mengikuti program pendidikan guru penggerak.

Pada lokakarya ini saya focus dengan program yang sudah saya rancang melalui tahapan BAGJA yaitu GELIAT (Gerakan Literasi Abung Tengah) . Program ini merupakan program intrakurikuler yang akan dikembangkan di sekolah kami yakni SMAN 1 Abung Tengah, dengan tujuan Keberagaman pembelajaran di kelas dengan media teknologi dan digitalisasi (Pembelajaran berdiferensiasi) Meningkatkan minat baca pada anak Penggunaan gadget pada anak tersalurkan dengan kegiatan yang positif. Mempersiapkan sedari dini perkembangan digital yang akan di hadapi pada masa mendatang. 

PERASAAN
Pada kegiatan lokakarya yang ke-6 perasaan saya sangat senang, bersemangat, dan yang paling menarik adalah adanya rasa penasaran dalam diri saya. Pada saat itu saya ingin sekali mendengarkan paparan program sekolah dari para CGP yang mereka rancang dengan memanfaatkan asset sekolah. Dari paparan yang disampaikan para CGP, saya dapat mengambil hal positif yang dapat saya adopsi untuk diterapkan di sekolah saya.

Kami para CGP dengan bimbingan dari Pengajar Praktik semakin faham bagaimana dalam merancang program sekolah yang dapat mengoptimalkan asset sekolah dan melibatkan murid secara aktif, mulai dari perencanaan, pelaksanaan program, dan sampai dengan kegiatan refleksi.

PELAJARAN

Dari kegiatan lokakarya 6 banyak pelajaran dan pengalaman yang bisa saya ambil, diantaranya adalah saya lebih memahami tentang bagaimana mengelola program yang berdampak positif pada murid. Selain itu saya juga mampu mengukur diri, sudah sejauh mana dan apa saja yang sudah saya lakukan selama mengikuti program pendidikan guru penggerak ini. Dengan begitu maka saya dapat mengetahui perubahan-perubahan apa saja yang ada dalam diri saya setelah mengikuti program pendidikan guru penggerak ini.

PENERAPAN

Hal penting yang akan saya terapkan untuk menjalankan program ini adalah saya akan melakukan kolaborasi dengan seluruh warga sekolah, memanfaatkan kekuatan sumber daya/asset yang dimiliki sekolah, serta melibatkan murid secara aktif dengan mempertimbangkan suara, pilihan, dan kepemilikan terhadap program games based learning . Langkah konkret dalam mewujudkan program yang berdampak positif pada murid yaitu dengan menggunakan tahapan B-A-G-J-A. Dalam setiap tahapan B-A-G-J-A, saya akan melibatkan suara, pilihan, dan kepemilikan murid untuk mewujudkan student agency.

Sabtu, 29 April 2023

Jurnal Refleksi dwi mingguan modul 3.3

 



Assalamualaykum wr wb.

Salam Guru Penggerak.

Refleksi dwi mingguan kali ini saya akan menuliskan jurnal dengan model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future). Model ini dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. Ada empat bagian yang akan saya tuliskan dalam refleksi ini.

1. Fact (Peristiwa)

Modul 3.3 merupakan modul pamungkas yang harus dipelajari dalam rangkaian pelatihan guru penggerak ini. Sama seperti modul sebelumnya, kegiatan pembelajaran pada materi modul 3.3 ini juga dilakukan dalam waktu dua minggu. Dalam modul ini, saya mempelajari materi tentang menyusun sebuah program yang berdampak positif pada murid, cara menumbuhkan student agency (kepemimpinan murid) dengan suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) murid, lingkungan yang mendukung tumbuh kembang kepemimpinan murid, serta pentingnya melibatkan komunitas untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid. Secara umum, saya dapat memahami dan mengimplementasikan materi yang saya pelajari dalam modul ini dengan baik. Meskipun ada beberapa materi masih belum saya kuasai terutama tentang lingkungan yang mendukung tumbuh kembang murid. Namun, saat ruang kolaborasi, kegalauan saya ini terjawab setelah saya berdiskusi dengan rekan-rekan CGP dan fasilitator. Saat sesi ruang kolaborasi, kami diminta untuk membuat sebuah program yang berdampak pada murid. Program yang direncanakan ini juga melihat aset yang dimiliki oleh sekolah serta mampu menumbuhkan kepemimpinan murid dengan melibatkan suara, pilihan, dan kepemilikian. 

2. Feelings (Perasaan)

Jurnal Refleksi Dwimingguan modul 3.2



 AssalamualaIkum wr wb. 

Salam Guru Penggerak. Saya Elly Agustina, CGP angkatan 6 dari Lampung Utara. 

Refleksi dwi mingguan kali ini saya akan menuliskan jurnal dengan model Driscoll. Model ini diadaptasi dari refleksi yang digunakan pada praktik klinis (Driscoll & Teh, 2001). Ada tiga bagian yang akan saya tuliskan dalam refleksi ini.


1. WHAT?

Pada modul 3.2 ini, saya telah mempelajari Pemimpin dalam Pengelolahan Sumber Daya. Pada modul ini dijelaskan bahwa sekolah adalah sebuah ekosistem yaitu bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Ada dua pendekatan yang mempengaruhi ekosistem sekolah yaitu pendekatan berbasis kekurangan dan pendekatan berbasis asset. Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (deficit-based approach) akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik. Sedangkan Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) adalah sebuah konsep yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan. Dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Pada modul ini saya mengetahui bahwa sekolah memiliki potensi asset yang dapat dimanfaatkan untuk proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan berbasis asset. Adapun 7 aset utama sekolah yaitu modal manusia, modal sosial, modal politik, modal agama dan budaya, Modal Fisik, Modal lingkungan/alam dan Modal finansial.

Setelah melewati alur mulai dari diri dan eksplorasi konsep, kami melakukan diskusi dengan menganalisis dua kasus dan saling memberi tanggapan terhadap analisis kasus yang dilakukan oleh teman CGP lain pada alur ekslporasi konsep forum diskusi. Pada alur kolaborasi konsep, kami mencoba berdiskusi dalam kelompok untuk menganalisis seluruh potensi asset yang terdapat di daerah kami yang dapat mempengaruhi perkembangan Pendidikan di sekolah kami sekaligus kebermanfaatannya bagi sekolah.


2. SO WHAT?

Saya merasa senang dan beruntung sekali bergabung dalam program Pendidikan CGP ini karena saya dapat mempelajari modul ini. di sini saya memahami bahwa sekolah adalam sebuah ekosistem yang saling ketergantungan baik itu factor biotik maupun abiotik. Sebelumnya saya pernah menggunakan pendekatan berbasis masalah dalam merancang suatu kegiatan sehingga kegiatan yang akan dilakukan sering gagal karena kenyataan sekolah yang tidak mampu berbuat banyak karena memiliki kekurangan.

3. NOW WHAT?

Sungguh saya tidak akan mendapatkan pengetahuan yang sangat bermanfaat ini, seadainya saya tidak mempelajarai modul 3.2 ini tentang Pemimpin Sebagai Pengelolah Sumber Daya, dan bila saya tidak bergabung di program CGP ini Jika nanti dalam pelaksanaan pembelajaran saya menemukan masalah maka saya akan menggunakan Aset -Based Thinking dalam penyelesaiannya karena pendekatan ini dapat membantu perkembangan kemajuan sekolah.

JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN MODUL 3.1 (PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN)


Refleksi kali ini saya menggunakan model 4F (facts, Feelings, Findings,Future) yang dikembangakan oleh Dr. Roger Greenaway

FACTS (PERISTIWA)

Pembelajaran modul 3.1 diawali dengan pretest modul 3. Setelah menyelesaikan pretest, di hari yang sama tugas saya adalah melakukan pembelajaran alur "Mulai dari diri dan eksplorasi konsep"saya mengisi beberapa pertanyaan pemantik, saya menuliskan sebuah tantangan/ keputusan pada sebuah kasus yang melibatkan diri saya sebagai pengajar di sekolah ditempat saya mengajar, keputusan yang saya ambil tersebut terkadang masih menyimpan tanda tanya.pada eksplorasi konsep saya belajar tentang bagaimana sekoalah sebagai institusi moral, Dilema etika dan bujukan moral serta pengamgambilan keputusan. Pada tanggal 2 sampai 3 februari 2023 saya masuk dalam alur ekplorasi konsep-forum diskusi, dalam pembelajaran kali ini disajikan beberpa kasus yang perlu kita kupas dan kita juga ditugaskan untuk memberi tanggapan atas pendapat teman lain. 

FEELINGS(PERASAAN)

Perasaan saya selama mengikuti pembelajaran ini adalah sangat tertarik dan sangat antusias karena jujur saya belum pernah mendapatkan pembelajaran ini darimanapun, sehingga saya merasa bangga bisa memiliki kesempatan untuk mempelajari modul 3.1 ini. Pada saat menganalisa kasus saya berupaya untuk memposisikan diri sebagai orang yang sedang dalam masalah tersebut, sehingga membuat saya terseyum sendiri dan bergumam dalam hati inilah pembelajaran untuk menjadi sosok yang bijaksana.

FINDINGS (PEMBELAJARAN)

Setelah mempelajari beberapa alur dalam modul 3.1 ini , saya dapat menemukan jawaban atas kasus yang telah saya alami yang telah sebelumnya saya tuliskan pada tugas "Mulai dari Diri".

Saya mempelajari dan telah memahami bahwa pengambilan keputusan yang kita ambil harus mendasarkan keputusan kita pada 3 unsur yaitu berpihak kepada murid, berdasarkan nilai nilai kebajikan universal dan bertanggung jawan tehadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil.

Apabila keputusan yang telah kita ambil keduanya bernilai benar itu merupakan situsi dilema etika sedangkan situasi dimana seseorang mengambil sebuah keputusan antara benar dan salah itu disebut situasi Bujukan Moral.

Empat Model/ paradigma dilema etika

individu lawan kelompok (individual vs community)

Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Ada tiga prinsip dalam pengambilan keputusan yaitu

Berpikir Berbasis Hasil Akhir (End-Based Thinking)

Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Suatu pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya.

Ada 9 langkaH panduan dalam mengambil keputusan ,tetapi yang perlu digaris bawahi panduan ini bukan sebuah metode kaku dalam penerapannya.

(1)Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan (identifikasi masalah dan memastikan bahwa masalah yang kita hadapi adalah   berhubungan dengan aspek moral bukan sekedar dengan sopan santun atau norma social)

(2)Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini( jika menyangkut aspek moral, kita semua harusnya merasa terpanggil)

(3)mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini

(4)Pengujian benar atau salah

Uji legal (jika  ada aspek pelanggaran hukum dalam dalam sebuah siatuasi tersebut maka situasi tersebut bukan lah benar lawan benar (dilema etika), namun antara benar lawan salah (bujukan moral)

Uji regulasi/standar professional( apakah ada aspek pelanggran peraturan atau kode etik di dalamnya)

Uji intuisi (mempertanyakan apakah Tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai nilai yang anda Yakini

Uji publikasi (bagaimana perasaan kit ajika keputusan kita dipublikasikan dan menjadi viral)

Uji panutan/idola (membayangkan apa yang akan dilakukan oleh panutan / idola kita

Dari kelima keputusan uji diatas. Ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu :

Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam

Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir.

Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care Based Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda meletakkan diri Anda pada posisi orang lain.

Yang perlu kita garis bawahi adalah Bila situasi dilema etika yang Anda hadapi, gagal di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan mengambil resiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan diri Anda karena situasi yang Anda hadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan moral yaitu benar atau salah.

(5)Pengujian paradigma Benar lawan Benar

Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi yang sedang kita hadapi

Individu lawan kelompok (individual vs community

 Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term

(6)Melakukan Prinsip Resolusi

Memilih salah satu dari 3 prinsip penyelesaian dilema

Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

(7)Investigasi Opsi Trilema

sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah.

(8)Buat keputusan 

(9)Lihat lagi keputusan dan refleksikan

Pengambilan keputusan ini juga merupakan keterampilan yang harus diasah agar semakin baik. Semakin sering kita berlatih menggunakannya, kita akan semakin terampil dalam pengambilan keputusan. Hal yang penting dalam pengambilan keputusan adalah sikap yang bertanggung jawab dan mendasarkan keputusan pada nilai-nilai kebajikan universal.


FUTURE (PENERAPAN) 

Setelah saya mempelajari modul ini dalam mengambil sebuah keputusan atau kasus yang terjadi dalam lingkungan sekolah maka saya akan menerapkan 9 langkah panduan tersebut jika kasus tersebut adalah dilema etika. Saya akan mengambil keputusan berbasis nilai nilai kebajikan dan menerapkan prinsip moral dalam melakukan pengambilan keputusan.

Rabu, 26 April 2023

Jurnal Refleksi Dwimingguan Modul 2.3 (Coaching dan Supervisi Akademik)

 



Salam Guru Penggerak.

Saya Elly Agustina, CGP angkatan 6 asal sekolah SMAN 1 Abung Tengah, Lampung Utara. 

Refleksi dwi mingguan kali ini saya akan menuliskan jurnal dengan model Driscoll. Model ini diadaptasi dari refleksi yang digunakan pada praktik klinis (Driscoll & Teh, 2001). Ada tiga bagian yang akan saya tuliskan dalam refleksi ini.

1. WHAT

Modul 2.3 ini merupakan modul terakhir di paket modul 2. Dalam modul ini saya mempelajari tentang coaching untuk supervisi akademik. Awalnya saya berpikir bahwa coaching itu sama dengan mentoring, namun ternyata dua hal itu berbeda. Pemahaman ini saya peroleh setelah saya membaca secara mandiri di alur eksplorasi konsep. Saat ruang kolaborasi, saya juga mendapat penguatan dari fasilitator tentang praktik coaching. Selanjutnya saya dan rekan CGP lainnya berlatih untuk mempraktikkan coaching lewat meet. Pada sesi ini kami dikelompokkan berpasangan untuk bermain peran sebagai coach dan coachee. 

Saat sesi demonstrasi kontekstual, saya dengan rekan CGP lainnya juga mendapat tugas untuk membuat video praktik coaching. Kami kembali dibagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok saya terdiri tiga orang yaitu saya, Pak Cokro dan Bu Reni. Dalam praktik coaching kali ini, kami harus mempraktikkan tiga peran, yaitu sebagai pengamat, coach dan coachee. Video pertama saya berperan sebagai pengamat, video kedua sebagai coach dan video ketiga sebagai coachee.

2. SO WHAT

Perasaaan saya saat awal melakukan praktik coaching, saya merasa bingung dan ragu. Namun itu menjadi tantangan tersendiri bagi saya untuk dapat menaklukkan keraguan tersebut. Beruntung dalam ruang kolaborasi, kami diberi kesempatan untuk mempraktikkan coaching dengan rekan CGP. Dengan berpedoman alur TIRTA membuat saya lebih terarah dalam melakukan praktik coaching. Meskipun belum maksimal, tapi saya merasa senang dapat mempraktikkan coaching ini dengan baik. Memang perlu latihan yang kontinyu agar coaching dapat berjalan lancar dan tujuan yang diharapkan coachee dapat tercapai. Praktik coaching ini juga mengajarkan saya untuk menjadi pribadi yang lebih bijaksana dan matang sosial emosionalnya. Di sini lah keterampilan sosial emosional serta mindfulness saya praktikkan. Meskipun belum sempurna, namun tidak ada salahnya untuk terus berlatih dan berusaha.

Selain itu, saya juga merasa bahagia saat coachee mampu menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi sesuai tujuan yang diinginkan. Saya juga senang karena dapat membantu rekan untuk memaksimalkan potensi dirinya melalui pertanyaaan-pertanyaan berbobot yang saya berikan. Saya melihat rekan saya (coachee) yang melakukan praktik coaching merasakan hal yang sama. Mereka terlihat senang ketika mampu menemukan solusinya sendiri sesuai dengan keinginan dan harapannya. Hal yang sama juga saya rasakan, dengan melakukan coaching saya berusaha untuk memberikan pembelajaran diri serta pengalaman hidup coachee sehingga harapannya mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang mampu memaksimalkan potensi dan profesionalnya. Bahkan setelah melakukan praktik coaching pun, saya masih merasakan hal yang sama. Saya merasa senang dan yakin bahwa rekan saya akan menjadi seseorang yang berdaya dengan dirinya, semakin maksimalkan potensinya. 

3. NOW WHAT

Coaching bertujuan untuk menuntun coachee untuk menemukan ide baru atau solusi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi sesuai dengan tujuan yang diinginkannya. Dalam hal ini, maka tugas coach hanya mengantarkan melalui mendengarkan aktif dan memberikan pertanyaan pertanyaan berbobot agar coachee merefleksikan sendiri tujuan yang ingin dicapai. Tentunya, hal ini akan berbeda cerita jika saya mengambil langkah yang tidak sesuai dengan tujuan coaching. Pengalaman hidup dan pengembangan diri yang akan dialami coachee tentu akan berbeda. Mereka hanya dapat mengikuti saran atau masukan yang diberikan coach tanpa menemukan  sendiri solusi-solusi dari permasalahan yang dihadapinya. Hal ini juga membuat potensi diri yang dimiliki coachee tidak akan tumbuh  dan berkembang.

Lantas bagaimana saya mendapatkan informasi tambahan tentang praktik coaching ini? Selain dari modul 2.3 ini, informasi dan pengetahuan tentang coaching ini juga akan saya dapatkan dari berbagai sumber referensi misalnya artikel ilmiah, buku, video contoh praktik coaching, narasumber, dan lain-lain. Tentunya ini juga membutuhkan dukungan-dukungan dari berbagai pihak, di antaranya pimpinan sekolah, rekan sejawat, keluarga, dan masyarakat sekitar.

Kamis, 30 Maret 2023

Guru Penggerak Dan Pembelajaran Sosial Emosional

Kegiatan Panen Karya Eco Print dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila


Saya sengaja merefleksikan modul 2.2 ini dengan sedikit berbeda. Kali ini saya akan sharing pengalaman pada jurnal refleksi dwi mingguan modul 2.2 yaitu tentang Pembelajaran Sosial Emosional dengan model refleksi 4F (Fact, Feeling, Finding, Future) konsep dari Robert Greenaway.

Model ini lalu diadaptasi kedalam bahasa Indonesia menjadi 4P yaitu: Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, Penerapan).

Facts (Peristiwa) 

Materi yang luar biasa yang saya dapatkan di modul 2.2 ini. Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Pembelajaran Sosial dan Emosional berupaya menciptakan lingkungan dan pengalaman belajar yang menumbuhkan 5 kompetensi sosial dan emosional yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Pembelajaran 5 KSE tersebut akan dapat menghasilkan murid-murid yang berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli, responsif, proaktif, mendorong anak untuk memiliki rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, sosial, budaya, dan humaniora. Semua ini selaras dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi dalam Standar Nasional Pendidikan. 

Dalam modul 2.2 ini, saya belajar bagaimana menciptakan pengalaman dan lingkungan belajar yang memperhatikan kebutuhan sosial dan emosional murid. Saya belajar bagaimana mengelola emosi dalam memiliki kesadaran diri, memanajemen diri dengan strategi STOP bagaimana saya membuat keputusan dengan POOCh. 

Dalam Demonstrasi Kontekstual ada tugas membuat RPP yang memuat KSE. Saya membuat RPP yang mengintegrasikan KSE. Sebagai acuan juga dalam melakukan Aksi Nyata RPP tersebut saya buat lengkap dengan Pembelajaran Berdiferensiasi yang juga didalam RPP tersebut dilengkapi Sintaks-sintaks Model Pembelajaran. Awalnya saya merasa kesulitan menyusun RPP tersebut, karena selama ini belum melengkapi RPP dengan sintaks-sintaks model pembelajaran. Setelah saya konsultasikan kepada Pengajar Praktik akhirnya saya selesai membuat RPP secara lengkap.

Feelings (Perasaan)

Banyak hal yang saya tidak sadari sebelumnya bahwa ternyata saya sudah melakukan pembelajaran social emosial ini. Perasaan saya setelah mempelajari modul ini adalah senang dan termotivasi, dan percaya bahwa saya akan mampu  menerapkan Pembelajaran Sosial dan Emosional dengan mengintegrasikan 5 Kompetensi Sosial Emosional.

Findings (Pembelajaran)

Saya memahami serta menyadari pentingnya perkembangan murid secara holistik, bukan hanya intelektual, tetapi juga fisik, emosional, sosial, dan karakter. Lemahnya perkembangan sosial emosional para murid terlihat dengan meningkatnya perilaku negatif murid, performa akademik murid menurun, terjadi kasus perundungan, tawuran, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, murid dengan gangguan emosional seperti stres, kecemasan, depresi, bahkan kasus bunuh diri pada usia remaja. 

Oleh karenanya penting sekali  pembelajaran yang dapat menumbuhkan kompetensi sosial dan emosional murid. Sudah sepatutnya sebagai guru saya memikirkan bagaimana menuntun mereka untuk mencapai kodratnya, bagaimana membimbing mereka agar dapat mengeksplorasi dan mengaktualisasikan seluruh potensi dalam dirinya setinggi- tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat, hingga dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaannya. Ini merupakan sebuah tantangan besar, namun dengan semangat dan tindakan yang nyata tentunya akan terlaksana dengan baik.

Future (Penerapan):

Setelah mempelajari modu1 2.2. saya bertekad untuk untuk menciptakan  lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being). 


Rabu, 08 Maret 2023

Koneksi Antar Materi Modul 3.2 (Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya)


Oleh : Elly Agustina, S.Pd
Calon Guru Penggerak Angkatan 6
SMAN 1 Abung Tengah, Lampung Utara

Kegiatan Training Motivasi Kuliah untuk kelas XII


Pemimpin Pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya merupakan satu kesatuan yang saling berkesinambungan dalam pemanfaatan pada aset-aset sekolah yang dimiliki dan dikelola dengan baik oleh seorang pemimpin pembelajaran. Pemanfaatan sumber daya yang ada di sekolah menjadi modal utama dalam membangun kekuatan atau potensi dalam ruang lingkup warga sekolah, lingkungan dan masyarakat.

Sumber daya yang terdapat di sekolah merupakan sebuah ekosistem dimana terjadinya interaksi atau hubungan timbal balik atau saling ketergantungan antara komponen dalam ekosistem, yaitu dalam hal ini adalah komponen biotik yaitu unsur yang hidup dan komponen abiotik, yaitu unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup) ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya, seperti hubungan antara Murid, Kepala Sekolah, Guru, Staf/Tenaga Kependidikan, Pengawas Sekolah, Orang Tua dan Masyarakat sekitar sekolah. Sedangkan faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah: Keuangan dan Sarana dan prasarana.

Melalui pemetaan kekuatan atau potensi sumber daya yang ada di sekolah, sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat mengimpelementasikan kekuatan tersebut melalui konsep 7 modal utama yang terdapat di sekolah, yakni Modal Manusia, Modal Fisik, Modal Sosial, Modal Finansial, Modal Politik, Modal Lingkungan/ Alam, Modal Agama dan budaya. Jika seorang pemimpin pembelajaran dapat memanfaatkan 7 modal utama menjadi sebuah kekuatan, maka hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dan kemajuan sekolah.

Dalam pemanfaatan 7 modal utama sebagai suatu kekuatan di sebiah sekolah, pemimpin pembelajaran juga harus dapat memanfaatkan pendekatan berfikir dalam pengelolaan asset, diantaranya Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan melihat dengan cara pandang negatif. memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja, dan pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah memusatkan pikiran pada kekuatan positif, pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif. 

Pengelolaan sumber daya yang tepat dan dapat mendorong pada proses pembelajaran dikelas menjadi lebih berkualitas merupakan bagian dari pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah, yakni sekolah sebagai satuan pendidikan yang mempunyai hak mengatur, melaksanakan, dan mengawasi kegiatan pendidikan agar efisiensi dan efektivitas penyelenggara pendidikan dapat tercapai dengan sebaik-baiknya. Sehingga sekolah sebagai komuntias dapat melakukan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) yang dapat menitikberatkan pada kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, yang dijadikan sebagai kekuatan untuk maju dan berkembang. Sehingga sekolah dalam memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mendorong pada proses pembelajaran dikelas menjadi lebih berkualitas, maka sekolah dapat menerapkan  model pengembangan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA), yaitu 7 modol/aset utama ini merupakan salah satu alat yang dapat membantu menemukenali sumber daya yang menjadi aset sekolah dan  ketujuh aset ini dapat saling beririsan satu sama lain, dan contoh 7 Modal Utama, antara lain :

Modal Manusia

  • Modal manusia tersebut teridi dari kepala sekolah, pengawas, guru, orag tua, dan murid serta ketenaga kependidikan seperti tata usaha, penjaga sekolah. Dan bagaimana memanfaatkan modal manusia tersebut dalam mewujudkan pembelajaran yang berkualtas, sebagai contoh pada dalam satu sekolah terdapat guru  yang memilki keahlian dibidang Sains, maka sekolah membuat Club Sains untuk menggali potensi dalam bidang akademik untuk mengikuti perlombaan olimpiade, dalam hal ini Guru tersebut dengan kaahliannya dapat berpengaruh terhadap murid sesuai dengan minat dibidangnya

Modal Sosial

  • Pemanfaatan modal sosial dalam hal ini dapat melalui kerjasama dengan KKG untuk meningkatkan kompetensi sekolah, dan  dengan puskesmas untuk meningkatkan mutu kesehatan di sekolah serta menjalin kerjasama dengan masyarakat sekitar lingkungan sekolah seperti RT, RW dll

Modal Fisik

  • Modal fisik yang terdapat disekolah adalah bangunan dan sarana prasarana yang dapat dimanfaatkkan sesuai dengan bentuk dan pemanfaatanya, misalnya laboratorium komputer  dapat dimanfaatkan untuk belajar mengenai TIK  dll.

Modal Lingkungan/Alam

  • Lingkungan / alam yang ada disekitar sekolah merupakan modal yang sangat berharga untuk menciptakan pembelajaran yang menyenagkan, seperti memanfaatkan lingkungan menjadi area apotik hidup dan dapat dimanfaatkan untuk belajar tentang obat dan pemanfaatanya.

Modal Financial

  • Modal finansial menjadi sangat perlu dipertimbangkan, karena untuk mewujdukan pembelajaran yang berkualitas perlunya adanya perencanaan yang matang, seperti pembuatan RKAS yang mendukung untuk keberlangsungan proses pembelajaran manjadi lebih berkulitas. 
Modal Politik

Dalam modal politik ini merupakan kerjasama dengan pihak luar, seperti dukungan dari pemerintah daerah kelurahan untuk menjalankan program sekolah seperti komposting, jumantik, Bank sampah, dan bekerjasama dengan KPKP untuk membentuk kebun toga, serta dengan Dinas pertamanan untuk penyediaan tanaman sekolah.


Modal Agama dan Budaya


Modal Agama dan Budaya untuk membantu proses pembelajaran menjadi lebih berkualitas yakni, dengan adanya warga sekolah dan lingkungan religius, adanya tokoh agama baik dari lingkungan sekolah maupun lingkungan sekitar, dan terlibat aktif dalam komunitas keagamaan dan budaya daerah setempat.

 Misalnya menyelenggarakan program sekolah yang menunjang peningkatan budaya positif dan pendidikan karakter, dan menyelenggarakan kegiatan keagamaan dengan melibatkan tokoh agama di sekitarnya.


Keterkaitan materi dengan modul lainnya, antara lain :


  1. Nilai Filosofi Ki Hadjar Dewantara ( Modul 1.1)


Ki Hajar Dewantara melalui filosofinya yang mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan,bahwa pendidikan merupakan kegiatan  menuntun segala kekuatan kodrat yang pada anak-anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Sehingga guru sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat melakukan proses pembelajaran yang menyenangkan, dan berpihak pada murid,sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya, karena murid bukanlah kertas kosong, namun setiap murid memiliki potensi yang berbeda-beda, dan tugas kita sebagai guru hanya menuntun dan menebalkan potensi yang sudah mereka miliki.


  1. Nilai dan Peran Guru Penggerak


Guru sebagai pendidik merupakan bagian dari 7  modal utama, yaitu sebagai modal manusia, dalam hal ini guru sebagai pemimpin pembelajaran nilai dan peran yang sagat penting dalam proses belajar dikelasnya, sehingga nilai-nilai mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif dan berpihak pada murid harus dijadikan landasan dalam terciptanya pebelajar yang sesuai dengan profil pelajar pancasila. Dan guru juga harus dapat berperan dalam membangun sinergi di lingkungan sekolah sebagai pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antara guru, serta mewujudkan kepemimpinan murid, dengan nilai dan peran guru secara aktif, maka akan menciptakan generasi unggul dengan memanfaatkan modal utama untuk menggali potensi murid-muridnya.


  1. Visi Guru Penggerak


Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus memiliki Visi guru penggerak yang berbasis IA (Inkuiri Apresiatif) melalui konsep ATAP dan BAGJA. Pada konsep terebut dapat jga digunakan sebagai pengelolaan sumber daya yang ada disekolah. Hal ini sesuai dengan Cooperrider & Whitney (2005), yang menyatakan bahwa Inkuiri Apresiatif adalah suatu filosofi, landasan berpikir, yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri seseorang, organisasi, dan dunia sekitarnya, baik dari masa lalu, masa kini, maupun masa depan.


  1. Budaya Positif


Budaya positif dilingkungan sekolah merupakan budaya yang mendukung segala bentuk perkembangan murid, dengan tujuangan memanusikan manusia dengan menerapkan disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, sehingga akan menghasilkan output dari peserta didik yang memilki karakter kuat dimasa depan. Misalnya dengan melakukan resitusi akan menciptakan peserta didik yang memilki karakter positif dimasa depannya.


  1. Pembelajaran Diferensiasi


Pembelajaran berdiferensiasi adalah sebuah cara dalam pembelajaran yang sangat berpihak kepada siswa, sesuai dengan kesiapan belajar siswa dan profil belajar siswa yang berbeda sesuai dengan keunikannya. Sebelum melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru harus sudah melaksanakan pemetaan. Dalam proses pembelajaran berdiferensiasi akan sangat dapat terwujud, jika pemanfaatan sumber daya yang ada di sekolah seperti guru dan murid, serta modal lingkungan, modal fisik dan yang lainnya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.


  1. Pembelajaran Sosial dan Emosional


Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) merupakan strategi atau cara seorang pemimpin pembelajaran dalam melakukan kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah, yang menekankan pada keterampilan dan pengelolaan mengenai aspek-aspek sosial emosional. Teknik mindfulness juga dapat dijadikan strategi bagaimana cara mengelola sumber daya manusia, yakni murid sehingga melalui tahap tersebut potensi kecerdasan sosial emosional anak bisa berkembang optimal.


  1. Coaching


Coaching merupakan sebuah strategi atau cara seorang pemimpin pembelajaran untuk melakukan pengembangan kekuatan diri pada diri anak dengan menuntun, mendampingi anak, untuk menggali potensi anak dan memaksimalkannya. Pada proses Coachee memberikan kesempatan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir pada diri anak, yang didalamnya terdapat Caach sebagai pengembangan kekuatan dan potensi pada coachee sebagai lawan bicara.


  1. Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab


Sebagai pemimpin pembelajaran dalam prosesnya akan selalu berhadapan dengan dua situasi yakni, dilema etika dan bujukan moral yang dituntut pada pengambilan keputusan. Sebagai pemimpin pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan yang baik, diharapkan pada pengambilan keputusan tersebut dengan mengedepankan keputusan-keputusan yang bermanfaat bagi seluruh elemen yang terlibat didalamnya,yaitu dengan langkah-langkah pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Prinsip tersebut sangat penting karena hal ini sangat terkait dengan pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah.


Sebelum belajar modul 3.2 mengenai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya. Selama ini masih sering fokus dan berpikir berbasis kekurangan, hal menyebabkan tidak jarang perasaan yang timbul adalah, perasaan yang pesimis, negatif sehingga berakhir dengan kegagalan. Namun setelah mempelajari modul 3.2 ini, sudut pandang mengenai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya ini menjadi berubah, karena ternyata seorang pemimpin seharusnya selalu mengedepankan pola pikir berbasis kekuatan/aset, sehingga hal tersebut membuat kita akan berpikir positif dengan memanfaatkan sumber daya atau aset yang ada disekelilingnya.